Pasti kita terbang tinggi bila terus berlari, teruskanlah tanpa henti.(Tendangan dari Langit- Kotak)
Kendati
dalam masa yang sangat lama, gelar juara belum bisa diraih kembali oleh
timnas Indonesia, namun sejumlah hal menarik tetap menyertai penampilan
mereka. Dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada tiga kali momentum
yang cukup mengesankan. Yang pertama adalah aksi Skuad Garuda di Piala
Asia 2007 yang berlangsung di Jakarta. Tim asuhan Ivan Kolev waktu itu
menang atas Bahrain, lalu hanya kalah tipis dari Arab Saudi dan Korea
Selatan. Selanjutnya adalah aksi Firman Utina dkk di Piala AFF 2010. Tim
asuhan Alfred Riedl bermain sangat impresif dari pertandingan pertama
hingga semifinal di Jakarta, sebelum akhirnya kalah dari Malaysia pada
final pertama di Kuala Lumpur. Yang terakhir adalah aksi timnas U-23 di
SEA Games 2011 yang juga berlangsung di Jakarta. Tim asuhan Rahmad
Darmawan pun tampil apik dari pertandingan pertama hingga final. Meski
semua akhirnya berujung pahit, namun punggawa Tim Merah Putih telah
menebarkan kebahagiaan sesaat bagi kita yang sempat merasa bangga dan
bersatu sebagai bangsa Indonesia. Kesan positif pun telanjur menjadi
inspirasi yang merasuki alam pikiran dan ruang hati para seniman dalam
beragam bidang. Mereka secara kreatif menghasilkan karya seni berupa film, sinetron, lagu, dan juga novel tentang sepak bola Indonesia.
Dalam
lima tahun terakhir, tersebutlah sejumlah film layar lebar di tanah air
yang berlatar belakang sepak bola, seperti : ’The Conductors’
(2008/sutradara : Andibachtiar Yusuf), ’Gara-Gara Bola’ (2008/Agasyah
Karim dan Khalid Kashogi), ’Garuda di Dadaku’ (2009/Ifa Isfansyah),
’Romeo & Juliet’ (2009/Andibachtiar Yusuf), ’Golden Goal ! Bola Itu
Bundar’ (2011/Mirwan Soewarso), ’Tendangan dari Langit’ (2011/Hanung
Bramantyo), dan ’Garuda di Dadaku 2’ (2011/Rudi Soedjarwo).
Ifa
Isfansyah, Hanung Bramantyo, dan Rudi Soedjarwo termasuk barisan
sutradara terbaik Indonesia mutakhir, yang pernah meraih Piala Citra
dalam karyanya yang lain. Sementara itu Andibachtiar Yusuf tampaknya
memang kreator film spesialis sepak bola. Kabarnya lelaki berkaca mata
itu tengah mempersiapkan film terbarunya yang berjudul ’Hari Ini Pasti
Menang’ yang diangkat dari novel ’Menerjang Batas’ yang mengisahkan
Gabriel Omar Baskoro yang menjadi andalan timnas Indonesia di Piala
Dunia 2014 Brasil. Selain sebagai sutradara film, kita mengakrabi sosok
Andibachtiar Yusuf sebagai kolumnis dan komentator sepak bola jempolan.
Pada
awal tahun 2012 sinetron serial bertema sepak bola pun muncul di
televisi, yaitu : ’Garuda Impian’ di SCTV dan ’Tendangan Si Madun’ di
MNCTV, yang tokoh utamanya adalah bocah-bocah yang jago main sepak bola.
Yang menarik, mantan pemain nasional Rochy Poetiray (dan Rahmad
Darmawan sebagai cameo)
ikut bermain dalam ’Garuda Impian’, sementara kapten timnas U-14 Yusuf
Mahardika bahkan menjadi pemeran utama ’Tendangan Si Madun’. Sebelumnya
di tahun 2011 SCTV juga pernah menayangkan film televisi spesial yang
terinspirasi kisah nyata beberapa pemain timnas, seperti : Firman Utina,
Hamka Hamzah, dan Cristian Gonzales.
Tampaknya
dalam lima tahun terakhir pula, tercipta lagu-lagu enerjik dari musisi
Indonesia yang terinspirasi dari aksi Skuad Garuda, seperti : ’Garuda di
Dadaku’ (Netral), ’Dari Mata Sang Garuda’ (Pee Wee Gaskins), ’Garuda
Fights Back’ (GIGI), ’Tendangan dari Langit’ (Kotak), ’Selamanya
Indonesia’ (Twentyfirst Night), dan ’Garuda Impian’ (Orion). Kemudian di
dunia sastra, Andrea Hirata yang merupakan penulis best seller tetralogi ’Laskar Pelangi’ pun merilis novel ‘Sebelas Patriot’ yang khusus dipersembahkan bagi sepak bola Indonesia.
Semua hasil karya para seniman tersebut senantiasa membangkitkan semangat kita untuk tetap menjaga asa dan tak pernah menyerah.
Sayang sekali,
PSSI sebagai organisasi yang bertanggung jawab memajukan sepak bola
negeri ini telah berkali-kali gagal memanfaatkan momentum yang ada. Yang
terakhir, sehabis SEA Games 2011 justru terjadi ‘perang saudara’ antara
pengurus PSSI dengan sejumlah anggotanya sendiri yang akhirnya
mendirikan KPSI. Buah pahit konflik yang sudah dipetik PSSI Djohar
Arifin menjadi ’prestasi’ yang sangat menjengkelkan bagi rakyat
Indonesia, seperti kekalahan terbesar timnas senior dari Bahrain dalam
Kualifikasi Piala Dunia 2014 (29/2) maupun kekalahan timnas U-21 dari
Brunei Darussalam dalam final Hassanal Bolkiah Trophy (9/3) lalu.
Tapi biar bagaimanapun,
harapan memang mesti tetap dinyalakan. Suatu ketika Skuad Garuda bakal
menjadi juara dan bahkan mungkin saja tampil di Piala Dunia. Hal itu
bukan hanya di dunia fiksi, melainkan terwujud di alam nyata jua.
Mengutip testimoni Rahmad Darmawan dalam novel ’Menerjang Batas’ :
“Hidup dimulai dari mimpi yang bertingkat. Yang ada di level terendah
menyebutnya khayalan, lalu ada realita yang berada pada tataran
tertinggi.”
Mari kita terus bermimpi yang semoga mampu menjadi motivasi dalam melangkah, agar kelak mengejawantah sesuatu yang indah.
Karena kita adalah pasukan yang tak akan menyerah. Terus berlari dan berjuang untuknya, Indonesia.. Indonesia.. Kalahkan semua lawan demi kejayaan negeri ini. Kepakkan sayap Sang Garuda Impian. (Garuda Impian – Orion)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar