Dalam menyikapi kemelut ~jika boleh dikatakan sebagai kemelut~ sepakbola Indonesia, masyarakat telah disuguhi sesuatu
hal yang menjadi sifat dasar manusia, yakni kejujuran dan kebohongan,
dan ironisnya, masing-masing selalu mempunyai pengikut.
Dan tulisan ini, penulis sajikan kepada warga kanal bola Kompasiana dalam rangka saling mengingatkan.
Memang,
kejujuran dan kebohongan bagaikan dua sisi mata uang, bukan sesuatu
yang berdiri sendiri, dan sangat berkaitan dengan keadaan sebeluma dan
selalu membawa implikasi setelahnya, kedua potensi ini selalu bertarung
dalam diri manusia, hingga salah satu menjadi pemenangnya.
Maka,
jika kita ditanya tentang karakter seseorang yang layak dijadikan
teman, atau seseorang untuk dijadikan pemimpin maka hampir dapat
dipastikan kriteria jujur sebagai salah satunya, bahkan mungkin kriteria
ini menjadi yang paling utama di antara kriteria-kriteria lainnya.
Alasannya
sangat sederhana, yakni tentu semua tidak mau mempunyai teman yang
tidak jujur atau pemimpin yang tidak jujur dan pembohong.
Lalu, apakah yang diperdebatkan dalam kanal bola Kompasiana selama ini murni hanya masalah kejujuran dan kebohongan ?
Sebagian besar benar adanya, namun sebagiannya lagi hanya membabi buta.
Jika
seluruh warga kanal bola Kompasiana sadar, sebenarnya tak ada harapan
besar yang bisa disandarkan kepada mereka-mereka yang pembohong, yang
tidak jujur, karena implikasinya (kebohongan dan ketidak jujuran) juga
berbeda-beda.
Dari
kepengurusan PSSI yang sah, hingga yang tidak sah ataupun dari media
yang memberitakan apa adanya atau yang pandai menyajikannya sedemikian
rupa., bahkan terhadap warga kanal bola Kompasiana yang berusaha
memberikan komentar dan artikel yang mendudukkan permasalahan hingga
yang menanggapi dengan membabi buta.
Perlu
diingat, bahwa jika berbohong pada sesuatu yang bersifat informasi,
maka implikasinya bisa menyesatkan atau mencelakakan orang lain atau
timbul fitnah. Atau jika bohongnya pada janji, maka implikasinya pada
mengecewakan atau merugikan orang lain dan cenderung khianat.
Kebohongan
memang tampaknya seperti sesuatu yang remeh, terutama apabila
kebohongan itu hanya berkaitan dengan masalah-masalah sepele.
Namun,
dalam satu kebohongan yang dilakukannya, sebenarnya mereka sedang
membohongi diri sendiri, orang lain, dan yang lebih mengerikan lagi
mereka membohongi Tuhannya.
Kejujuran seringkali menyakitkan, tetapi kebohongan lebih menyakitkan saat diketahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar