Kamis, 27 September 2012

Kejujuran Memang Menyakitkan, Tetapi Kebohongan Lebih Menyakitkan (saat diketahui orang lain)

Dalam menyikapi kemelut ~jika boleh dikatakan sebagai kemelut~ sepakbola Indonesia, masyarakat telah disuguhi sesuatu hal yang menjadi sifat dasar manusia, yakni kejujuran dan kebohongan, dan ironisnya, masing-masing selalu mempunyai pengikut.

Dan tulisan ini, penulis sajikan kepada warga kanal bola Kompasiana dalam rangka saling mengingatkan.
Memang, kejujuran dan kebohongan bagaikan dua sisi mata uang, bukan sesuatu yang berdiri sendiri, dan sangat berkaitan dengan keadaan sebeluma dan selalu membawa implikasi setelahnya, kedua potensi ini selalu bertarung dalam diri manusia, hingga salah satu menjadi pemenangnya.

Maka, jika kita ditanya tentang karakter seseorang yang layak dijadikan teman, atau seseorang untuk dijadikan pemimpin maka hampir dapat dipastikan kriteria jujur sebagai salah satunya, bahkan mungkin kriteria ini menjadi yang paling utama di antara kriteria-kriteria lainnya.

Alasannya sangat sederhana, yakni tentu semua tidak mau mempunyai teman yang tidak jujur atau pemimpin yang tidak jujur dan pembohong.
Lalu, apakah yang diperdebatkan dalam kanal bola Kompasiana selama ini murni hanya masalah kejujuran dan kebohongan ?
Sebagian besar benar adanya, namun sebagiannya lagi hanya membabi buta.

Jika seluruh warga kanal bola Kompasiana sadar, sebenarnya tak ada harapan besar yang bisa disandarkan kepada mereka-mereka yang pembohong, yang tidak jujur, karena implikasinya (kebohongan dan ketidak jujuran) juga berbeda-beda.

Dari kepengurusan PSSI yang sah, hingga yang tidak sah ataupun dari media yang memberitakan apa adanya atau yang pandai menyajikannya sedemikian rupa., bahkan terhadap warga kanal bola Kompasiana yang berusaha memberikan komentar dan artikel yang mendudukkan permasalahan hingga yang menanggapi dengan membabi buta.

Perlu diingat, bahwa jika berbohong pada sesuatu yang bersifat informasi, maka implikasinya bisa menyesatkan atau mencelakakan orang lain atau timbul fitnah. Atau jika bohongnya pada janji, maka implikasinya pada mengecewakan atau merugikan orang lain dan cenderung khianat.
Kebohongan memang tampaknya seperti sesuatu yang remeh, terutama apabila kebohongan itu hanya berkaitan dengan masalah-masalah sepele.

Namun, dalam satu kebohongan yang dilakukannya, sebenarnya mereka sedang membohongi diri sendiri, orang lain, dan yang lebih mengerikan lagi mereka membohongi Tuhannya.
Kejujuran seringkali menyakitkan, tetapi kebohongan lebih menyakitkan saat diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar