Mendadak, Nil Maizar kini sudah jadi sahabat dekat saya.
Dalam beberapa kali pertandingan ujicoba timnas, saya selalu kirim pesan
singkat setiap usai pertandingan pada pelatih timnas itu. Entah itu
sekadar ucapan selamat, atau berbentuk kalimat yang membesarkan hati,
kalau hasil “Garuda” kurang memuaskan.
Tapi yang luar biasa, satu atau dua jam paling lama kemudian, dia
pasti akan nelpon balik. Tidak lama, paling cuma lima belas menit.
Mengesankan, dia begitu antuasias dan apa adanya bercerita tentang tim
dan pemainnya, tentunya juga tentang pertandingan yang baru saja
selesai.
Misalnya, saat lawan Korea Utara dia sedikit “trenyuh” karena pemainnya
kecolongan dua gol. Padahal mereka sudah bermain begitu disiplin, penuh
semangat, dan mampu menahan kontestan Piala Dunia 2010 itu bermain
kacamata hingga pertengahan babak kedua.
Dengan gaya sedikit sok tahu, saya cuma bisa menghiburnya, bahwa hasil
akhir bukan segalanya untuk laga ujicoba seperti ini. Yang penting dari
segi permainan Ellie Aiboy Cs memperlihatkan progress yang
menggembirakan. Lagi pula, Korea Utara memang satu kelas diatas.
Mungkin diujung telepon sana dia cuma cengengesan, sok tau lu!
Begitupun saat lawan Vietnam di GBT. Ketika itu dia sedikit “gemas”,
karena permasalahan utama yang muncul kali ini adalah finishing touch
pemain yang masih lemah. Sejumlah peluang gagal dikonversi jadi gol
oleh Irfan Bachdim Cs. Saya pun kembali menghibur, itu hal yang biasa
karena tinggal mengasah ketajaman para bomber saja.
Semalam, ketika “Garuda” menggilas Brunei 5-0, saya beri dia ucapan
selamat atas kemenangan pertamanya di laga internasional. Kali ini dia
tak lagi trenyuh atau gemas. Suaranya bening, diselingi tawa cerah dan
berbicara penuh semangat. Dalam hati, saya ikut merasakan kegembiraan
yang diekspresikannya. Saya merekam di memori saya satu kalimatnya yang
sungguh berkesan.
“Apapun itu, sebuah kemenangan yang diperoleh dengan semangat dan
perjuangan gigih, sungguh terasa manis dan membanggakan. Meski kata
orang kita memang sudah seharusnya menang, karena lawan kita cuma
Brunei. Tapi yang membuat saya gembira, bukan karena skor 5-0 itu,
tapi karena anak-anak menunjukan mereka bermain dengan hati, dan mereka
menyadari betul kostum apa yang mereka pakai.”
Ya, Nil memang tak salah. Para pemain yang oleh sebagian orang selalu
diejek dan diintimidasi dengan sebutan menyakitkan; Timnas Tarkam,
timnas Djohar, atau Timnas IPL dan segala macamnya, tetap menunjukan
spirit yang luar biasa. Mereka tak menunjukan keangkuhan di lapangan,
mereka bermain seolah yang dihadapan mereka bukan Brunei, tetapi
Malaysia, Thailand, Vietnam, atau Singapura.
Senang rasanya, melihat Irfan Bachdim kembali bertaji dan tak henti
berlari mengintip peluang. Sama senangnya melihat Taufik yang begitu
tenang membagi bola, dan Vendry Mofu yang terus bergerak demi
mendapatkan ruang melepaskan cannon ball-nya.
Atau, lihatlah Ellie Aiboy, dia seperti tak peduli tubuh rentanya yang
kelelahan. Dengan pengalaman dan skill-nya, dia terus berkreasi
mencari celah untuk melempar crossing ke kotak penalti lawan. Jangan
lupa, kwartet Nopendi, Wahyu Wijiastanto, Hamdi Ramdan dan Novan Setya,
yang makin tenang dan dingin di barisan pertahanan.
Nah. terlepas dari lawan yang “cuma” Brunei, pantaskah kita
mengkerdilkan apa yang sudah ditunjukkan para anak bangsa itu? Harusnya
hargai mereka, apresiasi keringat yang mereka telah keluarkan.
Setidaknya, mereka telah menunjukan, mampu dan mau berbuat sesuatu yang
berarti untuk bangsa ini.
Saya hanya berharap, trend dan grafik yang terus menanjak dalam tiga
laga ujicoba terakhir, bisa makin membaik di AFF 2012 nanti. Saya
optimis, jika spirit dan semangat ini bisa dipertahankan, dan polesan
teknis terus dilakukan coach Nil, mereka tak perlu minder bertemu
Malaysia, Singapura, atau Thailand sekalipun nanti.
Mari kita dukung mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar