Rabu, 17 Oktober 2012

Sanchez Hanya Digaji 1,25 Juta Perbulan di La Liga. Bagaimana Indonesia?

13481324751491069840


Jorge Sanchez (forum.fcbarcelona.web.id)

Sering kita dengar bahwa atlit sepakbola yang bermain di luar negeri akan  mendapatkan gaji yang sangat besar. Sebutlah bintang-bintang yang sering kita lihat aksinya di layar kaca bahkan mendapatkan yang luar biasa besar. Coba kita tengok gaji Messi yang mencapai 33 juta Euro pertahun atau setara dengan 2.12 Euro (24 ribu rupiah) disetiap tarikan nafasnya. Atau gaji ronaldo yang mencapai 15 juta Euro pertahun atau setara dengan 0.96 Euro (11 ribu rupiah) disetiap tarikan nafas Cristiano Ronaldo.

Namun informasi yang baru saya dapat sungguh mengejutkan saya. Jorge Sanchez kiper ketiga Granada hanya mendapatkan gaji sebesar 12000 Euro pertahun atau sekitar 1,25 juta perbulan.  Sungguh cukup mencengangkan karena Granada adalah klub profesional yang berlaga di La Liga. Sebuah liga dari negara yang memenangi juara dunia, memenangi juara Eropa serta menempati urutan no.1 peringkat FIFA.

Granada yang baru saja selamat dari krisis keuangan akut pada tahun 2009, dan baru kembali ke Divisi Utama LaLiga tahun 2011/2012 serta baru mendapatkan promosi tahun ini ke Top Tier Laliga benar-benar menggunakan prinsip Financial Fairplay. Sebagai hasil kebijakan ini adalah Jorge Sanchez kiper ketiga Granada hanya mendapatkan nilai kontrak 12000 Euro pertahun.

Bagi Jorge Sanchez sendiri nilai kontrak bukan hal yang paling penting, tetapi kesempatan untuk berlatih bersama pemain-pemain profesional di LaLiga adalah kesempatan yang tidak akan disia-siakan olehnya. Salah satu mimpi utamanya adalah bertandang ke Nou Camp bakal terwujud karena kiper kedua Granada saat ini mengalami cedera lutut. Seandainya saja kiper utama juga mengalami cedera lutut, bukan tidak mungkin Jorge Sanchezlah yang akan tampil melawan tim-tim raksasa di LaLiga.

Berpaling dengan Indonesia, klub dengan penuh masalah di dunia sepakbolanya. Kompetisi dengan diisi klub-klub yang suka jor-joran obral gaji hanya untuk mendapatkan tanda tangan pemain terkenal. Kebiasaan buruk klub Indonesia yang dahulu-dahulunya sering mendapatkan hibah dari APBD.

Dilain pihak saya juga teringat pada Messi-nya Indonesia yang mengurungkan niat bermain di liga Portugal. Andik Vermansyah pernah ditawar untuk bermain di Benfica FC tetapi urung karena nilai gaji yang tidak lebih besar dari gaji yang diterimanya di Persebaya Surabaya. Menurutnya pengalaman itu penting tetapi gaji juga penting. Mungkin saat itu gaji yang ditawarkan oleh Benfica sangat rendah mengingat saat ini Andik adalah tulang punggung di keluarganya. Tetapi syukurlah saat ini Andik telah membuka mata dan bersedia menerima tantangan apabila ada klub luar negeri yang memberinya tawaran.

Lantas, pelajaran apakah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini? Pelajaran yang harus kita ambil saat ini adalah klub harus realistis dan tidak boleh jjor-joran untuk masalah gaji. Klub di Indonesia harus menyeimbangkan antara pendapatan dengan pengeluaran. Selain itu para pemain profesional di Indonesia juga harus menyadari, bahwa manisnya APBD itu saat ini telah tiada. Kini para pemain harus menyadari di musim yang akan datang klub mungkin memperketat gaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar